Senin, 16 November 2020
Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi
Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi
Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang diinginkan dalam hidup. Sebagai contoh, ekspektasi kita ketika bergabung dalam grup ini adalah ingin menghasilkan sebuah karya. Karya berupa jejak literasi supaya dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita. Ekspektasi tak seindah kenyataan.. Pada dasarnya ekspektasi adalah harapan atau sesuatu yang diinginkan terjadi. Namun, tidak semua ekspektasi atau harapan dapat menjadi kenyataan meskipun sudah diupayakan semaksimal mungkin.
Salah satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi kita adalah dengan cara bergabung dalam satu komunitas positif seperti WA Grup Belajar Menulis. Bukan tanpa alasan, tentunya setiap kita yang bergabung di sini punya harapan yang ingin dicapai. Harapan besar yang dibebankan terhadap sesuatu yang dianggap akan memberikan dampak yang baik atau lebih baik. Terkait dengan hal tersebut, Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. akan menyampaikan hal yang berkaitan dengan “Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi”.
Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Diantaranya :
1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?
2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?
3. Apakah tulisan saya menarik?,
Mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis pemula. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.
Sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan atau niat. Oleh karena, itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu:
Mindset
Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita.
Passion
Passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.
Pengalaman Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang Beliau juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. Untuk itulah Beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah dibangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir seribu kali tentang apa yang sudah kita tulis. Kita akan berpikir untuk edit dan edit lagi. Akhirnya tulisan kita tidak tuntas.
Beliau menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikirannya. Berbagai pemikiran negatif menghantui. Namun, berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasi Beliau berubah menjadi sebuah prestasi. Tulisan Beliau lolos tanpa revisi dan seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian pribadi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa. Dari pengalaman ini, Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. dapat belajar beberapa hal dalam menulis:
1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.
2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
5. Menulis jangan terlalu lama.
6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca
Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Misalnya, tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita, san sebagainya.
Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa atau ejaan. Setiap kalimat yang terlintas segera ditulis. Beliau biasanya menulis di hand phone. Adakalanya saat tidak pegang hand phone, Beliau akan menuliskan di benda apa saja yang Beliau temui. Pernah Beliau menulisnya di telapak tangan, pernah juga di paha. Hal yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobi menulis. Kata orang hanya "iseng-iseng" atau ikut-ikutan. Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobi, bukankah rasa iseng jika terus dilatih bisa menjadi suatu ketrampilan?
Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad, dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka kita harus berjuang untuk menuntaskan karya kita, agar jejak yang kita tinggalkan bermanfaat bagi generasi setelah kita.
Sabtu, 14 November 2020
Memulai Menulis
Memulai Menulis
Memulai menulis merupakan sesuatu yang sulit. Kadang-kadang kita tidak tahu apa yang harus kita tulis. Sulit menguraikan kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi wacana. Belum lagi alasan menulis membutuhkan waktu lebih, suasana hati yang tidak mood, alat kerja yang tidak ada ( komputer, laptop, atau telepon genggam ), dan lain sebagainya. Bahkan, alasannya tidak ada bahan untuk ditulis. Apalagi ketika harus menulis buku atau menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprin yang tiba-tiba menghantam tembok, bertinju yang tiba-tiba KO atau bermain catur yang langsung skakmat. Entah apa yang terjadi, seolah semua ide lenyap begitu saja. Tangan tiba-tiba tak bisa menulis. Bahkan, lidah pun terasa kelu.
Bagaimana memulai menulis? Semua akan dijawab oleh Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Beliau adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei.1990. Selain aktif di MGMP, Beliau juga aktif di bidang literasi. Beliau menjelaskan ada beberapa tips yang bisa kita lakukan dan terapkan untuk memulai menulis, yaitu :
1. Ikut kelas menulis
Menulis bukan merupakan bakat semata, tetapi perlu latihan. Dengan ikut kelas menulis banyak hal yang bisa kita dapatkan. Contohnya, ikut kelas menulis bersama Omjay. Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga.
2. Ikut komunitas menulis
Ikut komunitas menulis juga perlu. Karena dalam komunitas menulis itulah kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini banyak sekali komunitas menulis yang bisa kita ikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus untuk guru ataupun umum.
3. Ikut lomba menulis
Ini cocok bagi siapa pun yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu yang sudah ditentukan atau terjadwal. Disamping itu, dari ikut lomba kita akan sadar dimana letak kekurangan kita. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar dari pengalaman itu untuk menjadi lebih baik.
4. Menulis apa saja yang ada di sekitar kita / dalam keseharian kita
Semua pasti sepakat bahwa menulis tak bisa lepas dari keseharian kita. Setiap hari, kita terbiasa menulis balasan obrolaan daring di media sosial. Menulis jurnal di harian mengajar, menulis feedback untuk tugas siswa dan sebagainya. Tulis apa saja yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Dari foto juga bisa diubah menjadi bentuk tulisan. Misalnya, foto ketoprak, gorengan, kucing, rempeyek, dan sebagainya. Sebagai pembuktian bahwa memang benar apa saja yang ada di sekitar kita bisa kita ubah menjadi tulisan. Kegiatan menulis dalam keseharian yang dapat kita lakukan yaitu menulis diari. Yang penting menulis, agar kemampuan menulis kita semakin terasah. Tulis saja kisah yang kita alami. Misalnya, mencari tanaman keladi putih di hutan demi gratisan atau untuk istri tercinta atau saat hiking dan sebagainya.
5. Menulis apa saja yang kita suka
Tulislah apa yang kita suka, karena kalau sudah suka biasanya mudah dungkapkan dalam bentuk tulisan. Kita suka berkebun, silakan tulis yang lagi booming menanam bunga, silakan tulis tentang berkebun bunga. Kita senang memasak, silakan berbagi dengan jenis teks prosedural resep memasak. Pokonya tulis apa yang kita suka dan kita kuasai. Jangan berpikir soal benar salah, baik buruk ataupun bobot dari apa yang kita akan tulis. Namun, yang terpenting adalah upaya kita untuk menyentuh dan menggerakkan tangan pada keyboard komputer kita. Dengan demikian, secara tidak sadar, kita sudah mulai dalam proses membiasakan diri untuk menulis sesuatu.
Harus menulis di mana? Ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, atau sebulan. Menulis bisa kita lakukan di blog, buku harian, telepon genggam, laptop, platform menulis online seperti wattpad dan storial.
Menulis buku solo atau kolaborasi? Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi. Misalnya, tema dan waktu untuk buku solo kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau selesainya. Bisa seminggu, sebulan, atau setahun. Sedangkan jika menulis bersama, tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang dijadwalkan. Enaknya kalau kolaborasi dan kita jadi peserta, prosesnya sudah ada yang mengurusi. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit harus diurus secara mandiri. Begitu pula dengan biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah. Walaupun buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja ( tapi tak jarang ada juga yang dicetak banyak terutama bila diterbitkan di penerbit mayor ).
Sekali lagi, menulis bukanlah hal yang perlu kita takuti apalagi kita hindari. Untuk memulai menulis tergantung dari diri kita masing-masing. Jangan pantang menyerah mari kita ungkapkan apa yang ada dibenak kita menjadi tulisan. Agar kita dikenang anak cucu kita dari tulisan kita.
Selasa, 10 November 2020
Strategi Pemasaran Buku Saat Pandemi Covid-19
Strategi Pemasaran Buku Saat Pandemi Covid-19
Buku merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan sarana utama bagi proses pembelajaran serta sarana penyampaian informasi. Dengan membaca buku kita mengenal beraneka ragam budaya, suku, dan bahasa yang ada di dunia. Disamping itu, sejak usia dini, kita telah diperkenalkan pada buku dan diajarkan untuk membaca beraneka ragam terbitan buku.
Dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang cerdas dengan minat baca yang tinggi khususnya anak-anak, pemerintah mendorong kegiatan membaca sebagai wujud dukungan dan tindakan nyata dalam membangun budaya membaca sejak dini. Dukungan pemerintah terhadap budaya membaca buku dan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap buku, menciptakan peluang usaha bagi pengusaha yang bergerak di bidang penerbitan buku.
Perkembangan industri penerbitan buku menurut Bapak Agustinus Subardana selaku Direktur Pemasaran Penerbit Andi, juga dipicu oleh alasan keuntungan ( profit margin ) yang relatif besar dibandingkan industri lainnya khususnya barang konsumsi. Saat ini terdapat 1328 penerbit yang terdaftar sebagai anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dengan jumlah penerbit aktif sebanyak 711 penerbit, dan sisanya sudah tidak aktive lagi.
Kejadian tak terduga awal bulan Maret tahun 2020 ini telah datang wabah Covid-19 yang menyebabkan makin terasa berat dalam perekonomian dalam negeri, terutama dari sisi konsumsi, korporasi, sektor keuangan, dan Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ). Dampak dari mewabahnya Covid-19 ini dirasakan betul oleh berbagai macam sektor, tidak terkecuali sektor usaha yang terkena dampak langsung akibat dari mewabahanya Covid-19. Adapun imbas yang dirasakan oleh pelaku usaha Penerbitan Buku seperti menurunnya pendapatan dan terganggunya kegiatan usaha dari pelaku usaha penerbitan buku tersebut.
Dampak Penjualan buku selama Covid-19 sangat dirasakan betul oleh pelaku usaha bidang Penerbitan Buku. Dampak yang dialami Penerbit Andi sebagai pelaku usaha Penerbitan Buku yaitu:
Jaringan buku selama pandemi banyak yang tutup
Pengunjung ke toko buku atau ke mal yang ada penjual bukunya merasa takut tertular covid-19
Penurunan omzet buku selama pandemi mengalami penurunan 60 persen sampai 90 persen
Selama covid-19 pelaku usaha Penerbit Buku mengurangi jumlah terbit buku baru dan mengurangi distribusi buku ke toko buku
Beberapa penerbit gulung tikar atau bangkrut selama covid-19 sehingga tidak produksi lagi
Pemasaran buku yang biasanya bertemu lansung ke sekolah, perguruan tinggi, dan instansi, pada masa pandemi tidak bisa ketemu langsung sehingga kurang maksimal dalam menawarkan buku
Semua konsumen atau pelanggan di kalangan masyarakat umum atau di intansi sekolah, perguruan tinggi atau instansi-instansi lainnya mengurangi pembelian buku dan dialihkan untuk pembelian –alat-alat kesehatan
Maka dalam rangka untuk mempertahankan Industri Penerbitan Buku, selama pandemi Covid-19 ini, supaya tetap terus hidup dan dapat mencapai hasil penjualan buku yang maksimal. Penerbit Andi perlu mengembangkan strategi pemasaran. Strategi pemasaran biasanya hampir dipakai oleh semua wirausahawa atau entrepreneur yang menjalankan bisnis.
Strategi pemasaran penjualan buku sangat dipengaruhi oleh banyak aspek dan unik. Mengapa demikian? Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis buku yang di terbitkan. Jenis-jenis buku yang di terbitkan tersebut dikelompokkan menjadi beberapa katagori buku. Salah satu contoh Penerbit Andi Offset menerbitkan buku cukup banyak katagori produk yaitu ada 32 katagori produk buku ( Katagori buku anak, buku bisnis, buku pertanian, buku fiksi-novel, buku pengembangan riri, buku teks, dan lain sebagainya ).
Dari jenis-jenis katagori buku tersebut disinilah kita akan melakukan pemetaan berdasarkan segmentasi jenis katagori buku yang diterbitkan. Pada umumnya kegiatan pemasaran buku berkaitan dengan berkoordinasi beberapa kegiatan bisnis. Sehingga strategi pemasaran pada umumnya di pengaruhi oleh faktor yang meliputi :
1. Faktor mikro yaitu perantara, pemasok, pesaing dan masyarakat.
2. Faktorm makro yaitu demografi-ekonimi, politik-hukum, teknologi-fisik dan sosial-budaya.
Saat ini Penerbit Andi dalam menjalankan bisnis Penerbitan Buku yang sedang dijalankan masuk dalam faktor keduanya yaitu faktor mikro dan makro. Hal ini, dikarenakan Penerbit Andi Offset sudah termasuk Industri Penerbitan buku dengan usianya sudah mencapai 40 tahun dan telah menerbitkan buku lebih dari 15.000 judul buku yang telah di kelompokkan menjadi 32 katagori.
Bapak Agustimus Subardana selaku Direktur Pemasaran Penerbit Andi memetakan strategi pemasaran buku menjadi :
A. Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara. (Online )
1. Pentingnya Transformasi Digital
Dampak dari pandemi Covid-19 telah mengubah dunia menuju era Low Touch Economy. Era ini ditandai dengan interaksi antar individu yang minim sentuhan fisik atau low-touch, keharusan mengecek kesehatan dan keselamatan, perilaku yang baru hingga pergeseran di sektor-sektor industri., terutama sektor Industri Perbukuan. Perubahan ini tentu akan berdampak kebanyak hal, mulai dari tempat bekerja, cara belajar-mengajar, kehidupan keluarga hingga aktivitas sosial. Strateginya yang utama yang kita pakai adalah Digital Marketing dalam melakukan transformasi mendasar pada bisnis penerbitan buku .
Untuk penjualan buku lewat online ini Penerbit Andi terus proaktive untuk terus promosi , supaya dapat :
a. Menyebarkan informasi produk secara masif kepada target pasar potensial
b. Mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada sehingga kesetiaan konsumen terjaga.
c. Menjaga kesetabilan penjualan saat kondisi pasar lagi lesu
d. Menaikan penjualan dan profit
e. Membandingkan dan keunggulan produk dibandingkan dengan pesaing
f. Membentuk citra produk dibenak mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan
g. Membentuk citra produk dibenak mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan
h. Mengubah tingkah laku ( yang kurang minat beli, menjadikan tertarik beli ), persepsi dan pendapat konsumen
Media online yang dapat kita lakukan untuk promosi dan penjualan buku yaitu sudah tidak asing lagi dibenak kita yaitu lewat telepon, whatsapp, sms, email, telegram, facebook, instragram, youtube, dan lain sebagainya.
Tim pemasaran online Penerbit Andi Offset mempunyai 20 staf tenaga pemasaran khusus menjangkau lewat dunia maya / online . Penerbit Andi juga memasarkan buku lewat market place yang telah ditunjuk oleh Kemendikbut R.I melalui blanja.com, blibli.com dengan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah) guna mendukung pengadaan barang dan jasa ( PBJ ) di sekolah melalui penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) Reguler. "Inovasi dan elektronifikasi sektor PBJ merupakan suatu keniscayaan. Hal ini, juga sesuai dengan amanat dan kebijakan pemerintah untuk penguatan tata kelola keuangan pendidikan melalui Perpres PBJ Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018,"
2. Pemasaran Buku Lewat Komunitas
Kita tentunya punya komunitas masing-masing sesuai dengan kapasitas kita untuk membentuk komunitas dan relasi, maka gunakanlah jaringan komunitas kita untuk sarana promosi dan penjualan buku . Penjualan lewat komunitas akan lebih efektive dan efisien sehingga tingkat keberhasilannya lebih tinggi penjualan buku yang kita tawarkan. Kuncinya kita harus proaktive komunikasi dan interaksi dengan komunitas serta dapat menjaga integritas pribadi kita. Penerbit Aandi juga terus mengadakan aktifitas pemarasan lewat komunitas dengan mengadakan webinar lewat link Zoom, Live Youtube TV Andi, dengan tema-tema yang menarik.
B. Strategi pemasaran buku serangan darat ( ofline ).
Untuk menguasai seluruh wilayah nusantara ini dalam penetrasi pasar buku, Penerbit Andi melakukan pemetaan wilayah dengan membuka cabang tiap kota besar yang potensi pasarnya sangat baik. Penerbit Andi telah mempunyai 42 cabang di kota dari Aceh sampai dengan Papua, dengan menempatkan tenaga pemasaran di tiap kantor cabang tersebut.
Strategi pemasaran buku serangan darat ini kita kelompokkan berdasarkan target pasar yang kita tuju, antara lain :
1. Toko Buku
Penerbit Buku yang mampu memproduksi sendiri dan mempunyai mesin percetakan sendiri, sebagian besar sebagai pemasok toko buku di Indonesia. Untuk bisa masuk dan sebagai pemasok rutin di toko buku maka kita perlu pemetaan jenis toko buku. Toko buku ini kita petakan menjadi tiga jenis yaitu Toko Buku Modern, Toko Buku Semi Modern, dan Toko Buku Tradisional.
Menapa kita perlu petakan jenis toko buku tersebut, hal ini dikarenakan tiap jenis toko buku tersebut mempunyai sistem administrasi dan tempat yang berbeda. Contoh toko buku modern yaitu Gramedia Books Store, Gunung Agung Books Store, dan TogaMas Books Store. Toko Modern ini mempunyai sistem transaksi mengikuti perkembangan teknologi yang dapat dikendalikan dengan sistem centralisasi dan sebagainya. Adapun toko buku semi modern biasanya masih dikendalikan dan mengunakan sistem administasi penjualan per toko. Sedangakan Toko Tradisional biasanya sistem transaksinya masih manual. Untuk itu saluran toko buku tersebut di atas masih dijadikan jalur distribusi oleh para Penerbit buku dengan sistem titip jual/konsinyasi, kecuali toko buku tradisional diberlakukan kredit dan jual putus.
Strategi Promosi di toko buku Modern ada berbagai macam cara yang perlu kita lakukan , antara lain sebagai berikut:
a. Menguasai display buku supaya tampilan buku dapat terlihat dan menonjol, biasanya banyak dicari dan ingin melihat buku tersebut.
b. Mengadakan promosi di internal toko dengan memasang produk promo di baner maupun diumumkan lewat sound yang ada di toko buku tersebut.
c. Mengadakan bedah buku, biasanya lounching buku baru dengan mengadakan talk show dan potongan harga pada buku tertentu
d. Mengadakan efen tematik sesuai dengan bulan berjalan. Misalnya, program bulan ramadhan, program tahun ajaran baru, program tahun ajaran mahasiswa baru, program tentang tanaman, program tentang pepajakan dan lain sebagainya.
e. Proaktif komunikasi dengan pihak internal toko modern tersebut
2. Directselling / kunjungan langsung
Pemasaran Buku melalui Directselling ini kita petakan berdasarkan jenis katagori buku yang kita terbitkan . Jenis Katagori buku penjualan lewat Directselling ini kita bagi menjadi beberapa target pasar yaitu:
a. Buku Pendidikan ( Buku mata pelajaran utama dan buku pendamping untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK ).
b. Buku Teks Perguruan Tinggi untuk semua mata kualiah
c. Buku referensi untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA-SMK, Perguruan Tinggi, dan umum
3. Melakukan even-even
Aktif dalam melakukan even- even seperti even Pameran buku, seminar, workshop, Tryout, dan sebagainya.
Banyak informasi yang telah disampaikan Bapak Agustinus Subardana selaku Direktur Pemasaran Penerbit Andi secara singkat dan masih banyak lagi strategi pemasaran buku yang terus berkembang. Beliau mengatakan bahwa, “Tenaga pemasarann buku sangat bangga sebagai ujung tombak dalam menyebarluaskan karya-karya tulisan ilmu pengetahuan yang sangat berdampak sekali melalui jalur non formal ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia”. Mudah-mudahan informasi tersebut dapat bermanfaat bagi kita, pengetahuan tentang strategi pemasaran buku saat pandemi Covid-19, khususnya strategi pemasaran buku di Penerbit Buku Andi.
Senin, 09 November 2020
Insting Seorang Penulis
Seorang penulis harus banyak menggali informasi sebagai bahan tulisannya. Bagi penulis pemula, latihan dan terus latihan merupakan salah satu cara jitu menjadi seorang penulis yang produktif. Maka semakin banyak informasi yang diperoleh, semakin banyak bahan yang bisa dijadikan tulisannya. Pada dasarnya, menulis sebuah keterampilan dan setiap orang memiliki keterampilan untuk bisa dikembangkannya. Dengan kata lain, menulis dapat dilatih dan dikembangkan melalui proses. Jadi, keterampilan menulis datangnya bukan secara tiba-tiba. Perlu latihan, ketekunan, dan keyakinan pada diri kita bahwa kita bisa menulis.
Untuk menghasilkan tulisan yang bagus dan mudah diterima penerbit. Penulis harus memiliki insting tema buku yang disukai pembaca. Maka penulis hatus jeli tema apa yang sedang tren saat ini. Kerja sama dengan dengan penerbit sangat diperlukan. Seperti yang dikatakan Bapak Edi S. Mulyanta selaku Manajer Operasional Penerbi Andi bahwa pentingnya komunikasi yang harus dijalankan antara calon penulis dengan calon penerbitnya, karena keduanya terkadang dalam cara pandang yang berlainan. Sebab pengamatan antara penulis dan penerbit berbeda.
Tugas Manajer Operasional adalah mengamati trend konten buku yang tersebar di pasar, kemudian memberikan resume tema apa yang sedang menarik pasar pada saat itu. Kemudian memetakan pesaing, dan target penulis yang menjadi sasaran. Setelah resume ditemukan, langkah selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan seperti trend yang sedang dipelajarinya.
Memang, terkadang calon penulis justru mempunyai insting yang lebih tajam dari penerbit, sehingga sering terjadi penerbit tertinggal informasi dibandingkan dengan penulis. Hal inilah yang menarik, karena penerbit belajar dari data-data histori pemasaran sedangkan penulis terkadang telah melangkah lebih jauh dengan prediksi yang mungkin telah dipelajari sebelumnya. Penulis menguasai konten, sedangkan penerbit menguasai data pemasaran. Langkah yang dilakukan adalah melakukan link and match antara data history dan data trend ke depan. Penulis lebih ke konten yang dikuasai, sedangkan penerbit lebih banyak bobot pemasarannya.
Penulis memerlukan media untuk menyampaikan maksud dan tujuannya menerbitkan buku. Hal ini, yang menjadi kunci keberhasilan untuk dapat masuk ke dunia penerbitan. Disamping masalah pasar yang diperhitungkan, ada masalah idealisme yang dipegang oleh penerbit. Setiap penerbit mempunyai idealisme masing-masing, terkadang Penerbit secara alamiah akan tersegmentasi dalam kemampuan menelaah materi dan cara menjualnya.
Sebagai penulis dapat melihat pula histori hasil terbitan masing-masing penerbit untuk dapat memutuskan kemana calon terbitannya ditawarkan ke penerbit. Apabila kita mempunyai tulisan fiksi, penerbit yang kuat di pasar buku fiksi sebagai pilihannya. Sebaliknya apabila kita mempunyai tulisan non fiksi kita kirimkan ke penerbit yang kuat di pasar buku non fiksi.
Langkah mudah untuk pengenalan awal penawaran tulisan kita adalah dengan membuat proposal penawaran penerbitan buku terlebih dahulu. Proposal ini dapat kita kirimkan ke e-mail penerbit- penerbit yang menjadi sasaran kita. Bapak Edi S. Mulyanta selaku Manajer Operasional Penerbi Andi mengatakan proposal yang kita buat harus berisi:
1.Judui utama buku
2. Sub judul jika diperlukan (sub judul ini memberikan penciri tersendiri untuk mempermudah pencarian tema). Biasanya judul utama dapat sama dengan judul-judul yang ditulis oleh penulis lain, sub judul ini sebagai ciri khas dari tulisan kita.
3. Outline lengkap naskah dalam bentuk bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya.
4. Target pasar sasaran tulisan kita, misalnya buku ini untuk guru, murid, atau orang tua, atau tulisan umum untuk semua lapisan masyarakat
5. Tulislah Curiicullum Vitae kita dalam bentuk narasi. Ini sangat penting untuk melihat kepakaran kita di bidang apa, atau menonjol di bdang apa. Hal ini, digunakan oleh bagian pemasaran untuk melihat besarnya potensi calon pembaca penulis tersebut.
Setelah lengkap ke-5 hal tersebut, akan lebih afdol lagi jika kita sertakan satu bab sampel. Satu bab sampel ini akan ditelaah oleh bagian editorial, untuk melihat gaya penyampaian penulisan kita. Untuk melihat pemilihan kata atau diksi kalimat yang kita pilih, serta gaya penyampaiannya.
Untuk tema-tema tertentu gaya penyampaian ini sangat diperlukan, untuk dapat menggaet pembaca. Setiap pembaca mempunyai kecenderungan menyukai gaya tertentu dari penulisnya. Misalnya, penulis menggunakan kalimat-kalimat aktif akan lebih banyak disukai oleh pembacanya dibanding dengan kalimat-kalimat pasif. Kita tanpa sadar lebih banyak menggunakan kalimat pasif, karena saat kita skripsi, tesis, hingga disertasi 100 persen menggunakan kalimat pasif. Berbeda dengan gaya penyampaian di buku yang lebih powerfull jika menggunakan kalimat aktif.
Rata-rata penerbit memperlakukan proposal penerbitan buku kita sudah selayaknya naskah atau bakal buku yang akan terbit. Sehingga akan melalui beberapa reviu, dari proposal yang kita tawarkan. Di dalam Undang-undang perbukuan, tahap ini telah dibuat aturannya, sehingga setiap penerbit memang telah terstandarisasi mengikuti perundangan dari pemerintah tentang naskah dan buku.
Tahap yang penting selanjutnya adalah tahap check plagiasi, yang dilakukan oleh editor bahasa. Tahap ini akan meneliti seberapa besar kita melakukan plagiasi terhadap tulisan lain. Cek plagiasi bisa dilakukan menggunakan aplikasi dan secara manual oleh editor-editor yang berpengalaman. Hasil dari cek plagiasi berupa laporan derajat plagiasi, yang sebenarnya secara detail dilakukan saat telah diterimanya naskah untuk diterbitkan. Plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang jelas. Sebaiknya kita jika menulis naskah, selalu cantumkan sumbernya untuk naskah non fiksi, sedangkan naskah fiksi tidak diperlukan sumbernya. Jika terjadi plagiasi dibatas ambang yang kita tentukan, naskah akan dikembalikan untuk dimohonkan dilakukan revisi.
Langkah akhir yang tidak kalah pentingnya, adalah membuat resume, abstract, atau calon sinopsi buku. Yang biasanya diletakkan di back cover buku. Sinopsis sebaiknya ditulis oleh penulisnya sendir. Jangan serahkan ke penerbit, karena penerbit biasanya tidak menguasai dengan detail materi.
Setelah buku dinyatakan diterima, jangan berhenti sampai di sini. Carilah endorsment-endorsement dari tokoh-tokoh yang dianggap mumpuni di bidangnya atau pejabat masyarakat yang dikenal, artis, dan lain-lain yang mempunyai follower atau massa banyak. Hal ini, lebih ke strategi pemasaran buku ke depannya.
Pada akhirnya keberhasilan penulisan buku tergantung insting kita senidiri. Apalagi sampai lolos terbit tergantung dari usaha kita sendiri. Selain bisa menulis kita juga dituntut untuk memperhatikan ketentuan penulisan naskah yang diinginkan oleh penerbit dan pangsa pasar. Agar lebih mudah diterbitkan oleh penerbit besar, seperti Penerbit Andi.
Minggu, 08 November 2020
Menulis Buku yang Diterima Penerbit
Menulis Buku yang Diterima Penerbit
Menulis buku merupakan dambaan seorang penulis. Menulis buku sampai terbit tidak bisa dipisahkan. Sebagai penulis pemula menulis buku dan menerbitkan buku tidaklah mudah. Pasalnya penerbitan sebuah buku selalu dilihat dari sisi kualitasnya. Selain aspek kualitas masih ada banyak hal yang menjadi faktor diterimanya naskah oleh penerbit. Misalnya, kurang mendapat respon dari penerbit padahal sudah memenuhi persyaratan tertentu.
Bagaimana menulis buku yang diterima penerbit? Semua itu akan diberikan solusi oleh Bapak Joko Mumpuni selaku Direktur Penerbitan PT Andi. Beliau akan menjelaskan agar tulisan kita seperti yang diinginkan penerbit, antara lain:
Hal ini sangat penting diketahui oleh penulis, supaya sejak awal sudah memastikan tipe buku apa, kelompok buku apa yang kita tulis. Produk buku di pasar dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a. Kelompok buku teks
Buku teks adalah buku-buku yang dipergunakan untuk proses belajar mengajar.dari PAUD, SD, sampai perguruan tinggi.
Buku teks dibagi dua:
1) Buku teks pelajaran, yaitu buku teks yang berisi pelajaran suatu budang tertentu, biasanya digunakan sebagai buku pokok bagi siswa mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA maupun SMK. .
2) Buku teks perguruan tinggi
Lebih banyak variannya daripada buku pelajaran karena jumlah fakultas, jumlah jurusan di perguruan tinggi jauh lebih banyak dibanding mata pelajaran yang kita ajarkan di TK, SD, SMP sampai SMA atau SMK. Buku-buku teks di perguruan tinggi dibagi dua:
a) Buku eksak
Buku eksak dapat diartikan buku berisi ilmu yang mempelajari hal-hal yang pasti, ilmu eksak identik dengan mempelajari perhitungan angka.
b) Buku non eksak
Buku non eksak bukan berarti buku yang berisi ilmu yang mempelajari tidak pasti. Namun, pada
ilmu non eksak yang dipelajari adalah teori-teori yang sudah ada. Pada ilmu non eksak ketika
muncul teori baru maka teori lama tidak dipergunakan lagi.
Silakan kita menulis menurut kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki. Kita bisa menulis naskah buku eksak atau non eksak.
Buku non teks adalah buku yang tidak selalu digunakan dalam pengajaran tersebut.
Buku non teks dibagi menjadi dua kelompok besar.
1) Buku fiksi
Karya sastra fiksi yang merupakan cerita khayalan. Selain itu, fiksi diartikan sebagai cerita atau latar yang berasal dari imajinasi atau hasil khayalan.
Contohnya: novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, dan dongeng.
2) Buku non fiksi
Karya sastra non-fiksi adalah karya sastra yang dibuat dari hasil pengkajian keilmuan dan pengalaman. Contohnya: buku anak, aktivitas anak, pengetahuan umum dan lain sebagainya.
a. Menulis buku satu penulis
b. Menulis buku lebih dari satu penulis
c. Menulis buku dengan kerja sama dengan lembaga
d. Menulis buku dengan kerja sama dengan kampus
a. Saya tidak ingin menulis
Tidak mungkin kita termasuk level ini karena kita dengan niat uang kuat mengikuti pelatihan menulis gelombang-16 supaya terampil menulis.
b. Saya tidak bisa menulis
Kalau kita tidak bisa menulis berarti bohong pada diri kita sendiri. Kita semua guru tidak mungkin kita tidak bisa menulis.
c. Saya akan menulis
Kita termasuk level saya akan menulis. Tinggal menguatkan tekad dan kemauan pada diri kita bahwa kita akan menulis.
Dengan menjadi penulis ternyata sangat membantu kehidupan orang lain dari segi ekonomi. Walaupun kita baru berhasil menulis satu buku masuk ke penerbit dan diterbitkan. Maka kegiatan ekonomi akan berjalan dan dijalankan oleh banyak pihak Artinya akan banyak orang mempunyai pekerjaan, memiliki gaji tetap, dan bisa menghidupi keluarganya. Ternyata menjadi penulis merupakan pekerjaan yang mulia, karena dapat menghidupi banyak orang. Pekerjaan yang banyak pahalanya untuk bekal di akherat kelak. Marilah kita semangat untuk menjadi penulis dan berusaha supaya buku kita bisa diterbikan. Terutama diterbitkan di penerbit mayor.
Di Indonesia tingkat literasinya masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Tingkat literasi ini mempengaruhi tingkat pertumbuhan industri penerbitan. Penghambat pertumbuhan industri penerbitan di Indonesia:
1. Minat baca kurang
Minat baca kurang karena budaya baca rendah, kurangnya bahan bacaan, dan kualitas bacaan.
Minat tulis kurang
2. Minat tulis kurang karena rendahnya minat tulis, tidak tahu prosedur menulis dan penerbitan, anggapan yang salah tentang dunia penulisan dan penerbitan.
Apresiasi hak cipta kurang
3. Apresiasi hak cipta kurang karena banyaknya pembajakan buku, duplikasi non legal, dan perangkat hukum belum mendukung.
Dengan demikian kita bisa menjadi pelopor literasi dan menjadi penulis yang bisa menerbitkan buku. Proses naskah menjadi buku sangat panjang. Pertama kali yang harus kita lakukan mengirimkan naskah ke penerbit. Penerbit mempelajari naskah kita dengan kriteria yang sudah ditentukan. Biasanya penerbit memiliki kriteria sendiri dalam menyeleksi naskah yang masuk.
Penilaian naskah bukan untuk menjatuhkan vonis naskah baik atau buruk, layak terbit atau tidak. Langkah tersebut digunakan sebagai sarana untuk memperlancar proses penerbitan secara optimal. Proses penilaian ini adalah proses standar penerbitan sehingga perlu ada komunikasi yang baik antara Penerbit dan Penulis. Dengan demikian tidak ada salah pengertian bahwa penerbit menganggap remeh penulis atau penulis merasa naskahnya sudah yang terbaik.
Hanya ada dua jawaban dari penerbit, pertama diterima dan kedua ditolak. Kalau ditolak naskah dikembalikan kepada penulis. Bagi yang diterima akan diterbitkan bukunya atas biaya penerbit, termasuk memberikan royalti kepada penulis. Royalti diberikan setiap kurun waktu tertentu. Untuk penerbit PT Andi royalti akan diberikan setiap enam bulan sekali. Penerbit Andi memberikan royalti sebagai berikut: Besar royalti standar adalah 10%, dengan perhitungan: 10% x harga jual x oplah ( potong pajak ). Mengingat Penerbit Andi memiliki bentuk kerja sama yang beragam pada saluran distribusi pemasaran, maka perhitungan royalti adalah berdasarkan buku yang benar-benar telah terbayar lunas, dengan demikian buku yang sifatnya konsinyasi atau kredit belum dianggap sebagai buku laku. Dalam hal ini Penerbit Andi akan selalu menjaga kejujuran dan kepercayaan bagi semua relasinya, ini semua karena nama baik sangat penting bagi Penerbit Andi. Bagi yang punya NPWP di potong pajak sepuluh persen sedangkan yang tidak punya NPWP dipotong sampai tiga puluh lima persen sebagai kewajiban untuk negara.
Bagi penulis yang naskahnya diterima penerbit akan memberitahu lewat surat resmi, email, atau WA. Isinya menyatakan bahwa naskah tersebut akan diterbitkan. Penulis dimohon mengirimkan naskah lengkap berupa softcopy sekaligus tanda tangan surat perjanjian penerbitan yang dilampirkan di surat tersebut. Setelah softcopy dikirim penerbit kemudian di edit. Setelah selesai diedit kemudian dibuat desain cover dan setting isinya. Cover yang membuat penerbit.
Dalam proses pengeditan PT Andi mempunyai kurang lebih enam puluh editor. Mengenai pemakain ejaan, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan akan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, PT Andi tidak pernah menolak naskah yang berhubungan dengan editorial. Tahap berikutnya disetting, disesuaikan dengan ukuran buku dan biasanya. Setelah menjadi buku tetapi belum dicetak masif akan dikirimkan ke penulis untuk dikoreksi. Setelah dikoreksi penulis dikembalikan ke penerbit. Penerbit mengoreksi lagi apa yang perlu dikoreksi kemudian dicetak secara masif dan diedarkan di seluruh Indonesia.
Penulis dengan penerbit memiliki kedudukan setara; secara umum penulis memandang penerbit bertindak sebagai intermediary karya-karya yang akan disampaikan kepada masyarakat, sedangkan penerbit memandang penulis sebagai aset penting perusahaan yang menyebabkan proses penerbitan tetap berlangsung.
Kepentingan apa dibalik dorongan untuk menulis? Menulis dapat meningkatkan kredit point (bagi pengajar), meningkatkan kredibilitas, dan pemenuhan finansial. Hal tersebut yang memotivasi penulis untuk menghasilkan suatu karya yang berkualitas.
Bapak Joko Mumpuni selaku Direktur Penerbitan PT Andi, juga memberikan cara memilih penerbit yang baik. Untuk Penerbit Andi mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan penerbit lain:
1. Buku Andi telah memiliki Brand Name tersendiri di hati masyarakat
2. Memiliki jaringan distribusi yang luas.
3. Memiliki mesin cetak sendiri sehingga hasil, kecepatan, dan kualitas dapat diatur dengan baik.
4. Memiliki sistem royalti yang jelas, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai penulis kita juga harus memperhatikan naskah yang dapat diterbitkan:
1. Naskah dengan tema populer penulisnya tak populer
2. Naskah dengan tema populer penulisnya populer
3. Naskah dengan tema tak populer penulisnya tak populer
4. Naskah dengan tema populer penulisnya tak populer
Sebenarnya para guru yang hebat ini telah terampil menulis. karena kurang gaulnya dengan penerbit sehingga tidak tahu naskah seperti apa yang diinginkan penerbit. Ternyata begitu panjang proses menerbitkan buku, dari naskah menjadi buku sampai ke tangan pembaca. Banyak informasi yang disampaikan Bapak Joko Mumpuni selaku Direktur Penerbitan PT Andi, mudah-mudahan menjadi motivasi kita agar dapat mewujudkan tulisan kita menjadi sebuah buku. Jangan lupa berdoa dan berusaha semoga kita menjadi penulis yang hebat. Penulis yang bukunya dicari-cari para pembaca.
Rabu, 04 November 2020
Bukan Guru Biasa
Bukan Guru Biasa
Theresia Sri Rahayu, S.Pd. SD. atau
dikenal dengan Cikgu Tere merupakan seorang guru yang profesional. Walaupun
memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam
bentuk pengabdian. Disela-sela tugasnya sebaga guru dengan senang hati
menularkan ilmumya terkait proses penulisan dan penerbitan buku. Topik yang
diangkat, “Bukan Guru Biasa”. Alasannya karena yang mengikuti pelatihan belajar
menulis gelombang 16 adalah guru-guru yang hebat dan luar biasa. Bahkan, layak
menyandang predikat, “Bukan Guru Biasa”.
Guru merupakan pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi pesserta didik pada jalur pendidikan formal.
Tugas utama ini akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu
yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau ketrampilan yang
memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.
Saat
ini, kita berada dalam masa pandemi. Di mana kita dipaksa untuk beradaptasi
dengan segala bentuk perubahan. Dan pada setiap perubahan itu, pasti kita akan
mengalami situasi yang tidak nyaman. Akibat dari ketidakbiasaan tadi. Banyak
guru di luar sana yang memilih untuk menyerah pada keadaan, dibandingkan dengan
menciptakan situasi baru atau keluar dari situasi yang dianggapnya tidak
nyaman. Hal ini, tentunya akan menjadikan situasi pandemi saat ini sebagai
sebuah masalah atau bahkan musibah. Namun, tak sedikit guru yang justru
menemukan berkah dibalik musibah. Yang tadinya tidak mengerti dengan
pembelajaran daring berbasis teknologi, sekarang sudah piawai menyelenggarakan
kelas online. Bahkan, bisa mengajari rekan guru yang lain. Yang tadinya tidak
bisa menulis buku, sekarang bisa menulis buku. Dan masih banyak kisah sukses
lainnya.
Cikgu
Tere awalnya merupakan seorang guru yang kebingungan dengan kondisi seperti
saat ini. Sampai akhirnya, Beliau bergabung dengan grup WA pelatihan belajar
menulis gelombang 4. Selama mengikuti kegiatan belajar menulis di gelombang 4, Beliau
mendapat banyak sekali ilmu pengetahuan dan bekal keterampilan terkait dunia
menulis. Dimulai menulis resume sebagai rangkuman materi belajar, sampai
menulis artikel untuk lomba. Bahkan, menulis bacaan untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran dan menulis
buku untuk berbagai kepentingan.
Banyak
proses yang dilalui untuk dapat menulis artikel dan buku. Perlu jam terbang,
konsistensi, dan kesadaran diri kita masing-masing. Cikgu Tere sendiri senang
menerima tantangan yang diberikan oleh para narsum, seperti Bunda Lilis Sutikno
yang menantang agar jadi peresume tercepat. Menulis buku dalam waktu seminggu
bersama Prof. Richardus Eko Indrajit dan Penerbit Andi.
Terkait
jam terbang, ini adalah hal yang paling penting bagi seorang penulis. Terutama
untuk mencegah terjadinya writter blocks. Bagi para penulis pemula, hal ini
pasti sering terjadi. Apalagi jika kita termasuk orang yang menulis dengan mengandalkan
mood / suasana hati. Menulis harus dilakukan di mana saja, kapan saja dan
bagaimana saja caranya. Agar jam terbang kita terus meningkat.
Khusus
untuk menulis buku, Cikgu Tere membagikan pengalamannya dalam menulis buku yang
dirangkum dengan kata IDOLA :
- I artinya identifikasi
topik menarik
- D artinya daftar
semua judul luar biasa
- O artnya outline
terperinci akan membantu
- L artinya lanjut
menulis isi bab
- A artinya atur
layout sesuai permintaan penerbit
Cikgu
Tere kadang-kadang membuat keluarga dan sahabatnya heran karena Beliau selalu menyibukkan
diri. Seringkali Beliau menghabiskan waktu berjam - jam untuk menulis. Bahkan,
sampai lembur. Namun, bagi Beliau hal tersebut adalah hal yang biasa, karena
Beliau merasa bahwa passion saya memang menulis.
Mengapa Cikgu Tere tertarik mengikuti kegiatan
belajar menulis? Berikut ini adalah beberapa alasannya :
- Melakukan
hobi
Sejak
kelas 3 SD, Cikgu Tere sudah menulis cerita. Bahkan, buku sederhana yang
dikliping / tidak diterbitkan. Semua dilakukan karena hobinya menulis.
- Mengupgrade
skill menulis
Bergabung
dengan penulis lain, membuat Cikgu Tere terus termotivasi untuk belajar jurus -
jurus baru dalam menulis.
- Mengekspresikan
diri
Menulis
adalah sarana menuangkan ide atau pemikiran yang sangat produktif. Kita bebas
menjadi siapa saja dan menggali imajinasi kita seluas – luasnya.
- Jembatan
meraih prestasi.
Menulis
mendatangkan banyak manfaat, diantaranya berbagai apresiasi sebagai bonus dari
menulis. Contoh apresiasi yang Cikgu Tere terima adalah : blogger inspiratif,
penulis cerita mini terbaik, kreator artikel terbaik, penulis beberapa judul
buku (indie dan mayor), Tim Reviewer dan Uji Keterbacaan Modul Literasi dan
Numerasi, Tim pengembang konten artikel di Komunitas Belajar Guru Penggerak
Kemdikbud. Semauanya itu merupakan pencapaian
terbesar dalam hidupnya, terlebih ketika Beliau sudah menjadi seorang guru. Terutama
di masa pandemi seperti saat ini.
Selain
itu, berkat menulis di blog, keterampilan menulis Beliau terus menerus terasah. Akhirnya, tanggal,
1 Oktober 2020, Cikgu Tere mendapat apresiasi dari Direktorat Jenderal
Pendidikan Sekolah Dasar Kemdikbud sebagai Kreator Konten Artikel Terbaik dalam
Lomba Pancasila Bakti 2020. Hadiahnya sangat besar yaitu 10 juta rupiah, dalam
bentuk media pembelajaran.
Tidak
ada seorang penulis yang langsung besar. Semuanya berawal dari penulis yang
kecil dulu, Namun, lama kelamaan karya tulisnya akan dihargai orang, asalkan
kita terus konsisten dalam menulis. Bisa di blog maupun di media sosial. Dan
tak kalah pentingnya, bersikaplah terbuka dan positif terhadap saran serta
kritik dari para pembaca. Berlakulah sebagai pembaca tulisan kita sendiri
ketika sudah selesai menulis, agar kita berlatih objektif. Sehingga tulisan
akan tetap terjaga kualitasnya.
Cikgu Tere juga memberikan kiat sukses
untuk meraih prestasi termasuk menerbitkan buku mayor sebagai berikut:
- Berpikir
positif
- Tetapkan terget
/ fokus pada tujuan
- Maksimalkan
potensi
- Miliki
mindset pembelajar
- Ciptakan
lingkungan yang mendukung
- Atur waktu
seefektif mungkin
Menjadi
penulis adalah sebuah jalan yang mulia dan harus kita tapaki penuh keyakinan.
Karena menulis itu bukan hanya ajang pembuktian diri. Namun, sebagai jalan untuk
berbagi inspirasi dan motivasi bagi orang lain. Marilah guru-guru hebat gunakan
waktumu untuk bekarya dan berguna bagi orang lain. Sehingga kita pantas
disebut, “Bukan Guru Biasa”. Cikgu Tere mengatakan, “Untuk dapat memantaskan
diri menjadi bagian dari "Bukan Guru Biasa", hendaknya kita selalu
melakukan 3 B yaitu: Belajar, Berkarya, Berbagi. Cari ilmunya, tuangkan lewat
karya nyata, dan bagikan karya tersebut hingga dapat menginspirasi orang lain.”
Selasa, 03 November 2020
Guru Punya Usaha
Jumat, 30 Oktober 2020
Menulis Resume Menjadi Buku
Menulis Resume Menjadi Buku
Menulis resume menjadi buku merupakan hal yang maustahil. Keyakinan itu telah lama berlangsung sampai kini. Kegiatan resume tidak asing bagi kita karena sering kita lakukan ketika masih sekolah. Apalagi dalam pelatihan Belajar Menulis Gelombang 16, tugas kita adalah membuat resume di blog. Perlu diperhatikan bahwa untuk membuat resume, isi harus sesuai dengan apa yang disampaikan nara sumber atau naskah aslinya.
Penggunaan kata dan kalimat dalam resume juga harus menggambarkan isi aslinya. Bahasa yang digunakan sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dicerna oleh siapa saja. Kadang-kadang apa yang disampaikan nara sumber atau naskah aslinya terdapat banyak istilah atau kata yang sulit dimengerti, kita bisa menuliskannya dalam bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Kewajiban kita setelah resume selesai di buat, kita harus membacanya kembali untuk memeriksa apabila terjadi kesalahan. Beberapa yang diperiksa antara lain:
1. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diartikan sebagai pemakaian kata-kata dalam ragam bahasa yang serasi dan selaras dengan sasaran atau tujuannya dan yang terlebih penting lagi adalah mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam pembuatan resume wajib dilakukan.
2. Penggunaan ejaan yang benar
Penggunaan kata dan kalimat dalam resume seseuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Misalnya, pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan pemakaian unsur serapan.
3. Kesesuaian antara isi resume dengan nara sumber atau naskah aslinya
Penulisan resume, isi harus sesuai dengan apa yang disampaikan oleh nara sumber atau naskah aslinya. Apalagi resume yang kita tulis di blog akan dibaca banyak orang. Jangan sampai isi resume yang kita tulis menyimnpang dari nara sumber aslinya.
Keyakinan selama ini bahwa menulis resume bisa menjadi buku merupakan hal yang mustahil tetpatahkan. Berkat pencerahan Bapak R. Brian Prasetyawan ternyata tulisan resume bisa dijadikan buku. Pertama, dua puluh tulisan resume dugabung dalam satu file. Selanjutnya setingan file microsof word ini, perlu disesuaikan dengan format penerbit. Untuk penerbit rekanan Bapak R. Brian Prasetyawan :
1. Ukuran kertas A5 ( 14 x 20 cm )
2. Huruf times ne roman, ukuran 12
3. Margin 2 semua
4. Paragraf rata kiri kanan ( justify )
Kemudian masukan juga kelengkapan naskah dalam file naskah kumpulan resume’ Kelengkapan naskahnya yaitu:
1. Cover
2. Judul buku dan nama penulisnya
3. Kata pengantar
4. Daftar isi ( tanpa nomor halaman )
5. Profil penulis
6. Sinopsis ( Tiga paragraf, masing-masing paragraf tiga kalimat )
Untuk halaman tidak ada batas minimal. Jadi tidak perlu ragu bahwa tulisan resime kita tidak jadi buku. Di samping itu, penerbit memberi fasiltas kepada kita berupa:
1. Desain cover
2. ISBN
3. Layout
4. Edit ringan
5. Dua buku terbit
6. E-Sertifikat.
Sekarang menerbitkan buku semakin mudah. Tidak menjadi hal yang mustahil karena tulisan apapun bisa diterbitkan. Mari kita tuntaskan tulisan resume kita sampai buku terbit. Semoga buku solo yang kita idam-idamkan menjadi kenyataan dan berlanjut menerbitkan buku ke dua, ke tiga dan seterusnya.
Keinginan Penulis Pemula
Keinginan Penulis Pemula
Banyak penulis yang menginginkan tulisannya dimuat di koran dan majalah tertentu. Labih-lebih sebagai penulis pemula alangkah bahagia dan bangganya apabila tulisannya dimuat di koran dan majalah. Banyak penulis terutama penulis pemula putus asa, lalu memutuskan untuk tidak mengirimkan tulisan mereka lagi. Sehingga muncullah anggapan bahwa menulis dimuat di koran dan majalah itu susah. Seringkali kita kagum pada keterampilan menulis seseorang yang semakin baik setiap hari sedangkan kemampuan kita masih jalan di tempat. Mungkin juga kita sering merasa iri pada penulis lain yang telah mampu menulis dengan lancar sedangkan kita menyusun kalimat menjadi paragraf saja sulitnya minta ampun.
Ternyata kita lebih mudah berbicara, karena tinggal mengucapkannya saja apa yang ada di dalam hati maupun pikiran. Prosesnya begitu cepat. Lain halnya apabila kita ingin mewujudkan dalam bentuk tulisan. Apa yang kita rasakan dan pikirkan belum tentu bisa langsung dituliskan, karena ada banyak faktor yang menyebabkannya. Kita butuh sarana untuk menuliskannya, seperti komputer atau kertas dan pena, baru kemudian tangan bisa menuliskannya. Walaupun sudah ada sarana itu, tidak serta merta otomatis bisa langsung menuliskannya. Kadang-kadang tulisan kita berhenti di tengah jalan, akibatnya kita menjadi patah arang.
Bagaimana agar kita bisa menulis dengan lancar dan tidak gampang patah arang? Banyak penulis hebat yang menularkan ilmunya dan pengalamannya untuk memberikan solusi. Salah satu penulis hebat itu adalah Bapak Encon Rahman. Beliau seorang penulis yang tidak diragukan lagi kehebatannya dalam menulis. Adapun karya yang sudah dipublikasikannya antara lain, (1) Menulis 500 berupa cerita pendek, artikel pendidikan dan puisi ke surat kabar / majalah lokal dan nasional. (2) Menulis 6 buku pelajaran untuk Sekolah Dasar, (3) Menulis 2 buku sosial (4) Menggambar 150 kartun di surat kabar/majalah (5) Menulis Penelitian Tindakan Kelas setiap tahun dan dipubliksikan di jurnal ilmiah.
Agar kita menulis dapat lancar dan tidak gampang menyerah Bapak Encon Rahman memberikan solusi sebagai berikut:
1. Menulis harus memiliki tujuan
Dengan memiliki tujuan, kita menulis akan memiliki arah yang jelas. Misalnya, tujuan kita menulis agar di muat di koran dan majalah. Maka dalam diri kita akan muncul motivasi dengan sendirinya yaitu kiinginan kuat untuk belajar menulis.agar tulisan dimuat di koran dan majalah..
2. Menulis harus memiliki niat
Niat menulis harus ada di dalam diri kita. Tanpa ada niat menulis mustahil akan muncul kemauan atau keinginan kita untuk menulis. Misalnya, niiat kita menulis untuk mencari uang, agar terkenal atau amal jariyah.
3. Menulis harus memiliki target
Dalam menulis harus memiliki target yang harus kita capai. Berapa hari, minggu, atau bahkan berapa bulan kita menyelesaikan tulisan kita ? Sehingga target menulis yang kita inginkan tercapai. Walaupun untuk menulis, kadang-kadang kita dihinggapi perasaan jenuh dan malas . Apa pun, tidak hanya menulis, kalau sedang dilanda malas, kita tidak bisa melakukannya. Melawan rasa malas juga bukan perkara mudah. Terlebih hal yang mau kita tulis dianggap berat, baik materi maupun cara menulisnya. Jadi, untuk mengatasinya bisa dengan menyimak tulisan orang lain atau membaca buku. Mengamati kejadian yang terjadi di sekitar kita. Menonton televisi, film, atau sinetron. Maka akan muncul ide-ide atau gagasan yang dapat kita jadikan bahan tulisan. Rasa malas akan hilang dengan sendirinya sehingga target menulis akan tercapai.
Selain itu, Bapak Encon Rahman membagi keterampilan menulis menjadi tiga tingkatan atau level :
1. Menulis level rendah
Kita dapat berlatih menulis mulai dari level rendah yaitu membuat resume atau menulis di blog. Menulis di blog itu sangat mudah. Tidak pernah ada batasan-batasan dalam menulis blog. Ketika kita memutuskan untuk membuat atau memiliki sebuah blog, maka di situ pula kita. memiliki sebuah wadah kreativitas untuk menuliskan gagasan-gagasan dan apa yang kita pikirkan dengan mudah.
2. Menulis level sedang
Menulis buku antologi merupakan menulis tingkat sedang. Terkait menulis antologi, bisa kita jadikan ajang untuk latihan menulis. Enaknya menulis antologi karena temanya sudah diberikan.sehingga tidak terlalu sulit mencari ide. Cukup mengembangkan, mencari topik spesifik yang unik, memasukkan unsur menghibur, mendidik dan konflik dalam tulisan Untuk proses kreatif, biasanya gagasan/ide muncul dari hal-hal yang sudah terjadi.
Tulisan lain yang termasuk level sedang yaitu menulis artikel. Menulis artikel termasuk keterampilan terapan yang bisa dipelajari terlebih dahulu. Sebagai penulis pemula, mentor atau pembimbing sangat diperlukan.agar artikel yang kita tulis bisa dimuat di koran dan majalah.Guna mentor atau pembimbing akan mengoreksi artikel kita sebelum dikirim koran dan majalah mencakup:
a. Cara menulis judul artikel agar bisa dimuat di koran dan majalah
b. Cara menulis intro
c. Cara menulis pembahasan dan kesimpulan artikel
3. Menulis level tinggi
Menulis buku solo atau pribadi merupakan keterampilan menulis level tinggi. Dalam menulis buku solo tersebut, diharuskan untuk berlatih terlebih dahulu dengan menulis tentang hal-hal yang sederhana. Materi yang telah dikuasai betul-betul. Minimal kita mempunyai banyak referensi mengenai tema yang akan kita angkat menjadi sebuah buku. Dengan banyak refernsi kita bisa menyelesaikan menulis buku lebih mudah, lebih semangat karena apa yang akan ditulis sudah ada di kepala. Tebal dan tipisnya buku tergantung kemampuan kita sendiri. Yang paling penting kita menyelesaikan satu buku dengan isi yang bagus.
Banyak motivasi yang kita peroleh dari penulis-penulis hebat. Tinggal kita mau berubah atau tidak, mau aktif menulis atau pasif tergantung pada diri kita sendiri. Orang-orang disekitarmu hanya bisa memotivasi setelah mereka berhenti memotivasimu, apakah kita juga bakalan berhenti menulis? Dorongan yang terbaik datang dari dirimu sendiri. Kita harus terus mencoba, insya Allah impian kita tercapai sehingga tulisan kita terbit di koran atau majalah. Memiliki buku solo dalam waktu dekat, terbit di Indie atau Mayor tidak masalah. Inilah keinginan penulis pemula tidak hanya sekadar angan-angan tetapi keinginan yang harus diwujudkan. .
Minggu, 25 Oktober 2020
Nora Penulis Muda Berbakat
Nora Penulis Muda Berbakat
Nora, nama aslinya Noralia Purwa Yunita, M.Pd ini lahir di Kudus, 12 Juni 1989. Beliau putra pertama dari dua bersaudara dengan ayah bernama Ali Achmadi, S.Pd dan ibu Noor Fatkhiyah, S.Pd.SD. Beliau merupakan seorang penulis muda berbakat.. Beliau pernah mengambil kuliah program sarjana di Univeritas Negeri Semarang yang kemudian dilanjutkan program magister pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Saat ini beliau bekerja sebagai pengajar di SMP Negeri 8 Semarang. Selain mengajar, beliau juga aktif menulis di blog dan tergabung dalam komunitas sejuta guru ngeblog, penulis baru di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, salah satu tim admin di website guru penggerak, anggota komunitas koordinator virtual Indonesia (KKVI), anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran Prakarya dan IPA, serta Pembimbing ekstrakurikuler KIR SMP.
Sejak masih kuliah sudah banyak prestasi menulis yang diraihnya. Prestasi yang pernah diraihnya adalah Juara Harapan I lomba karya tulis di Universitas Negeri Semarang, program pendanaan Dinas Provinsi Jawa Tengah pada program fasilitasi karya ilmiah tingkat Provinsi Jawa Tengah, Program pendanaan LPPM pada usulan program pengabdian masyarakat, program pendanaan DIKTI pada program kreativitas mahasiswa tingkat nasional, pendanaan program Student Grand Hibah I’m Here DIKTI, serta sebagai pembimbing yang mengantarkan tim menjadi juara I lomba karya tulis ilmiah SMA tingkat Jawa Tengah.
Di masa pandemi sekarang ini, tertnyata membawa berkah bagi beliau karena banyak karya yang dihasilkan. Mulai dari artikel, buku antologi bersama siswanya, dan beberapa buku solo. Sebagai penulis, ternyata banyak kendala yang beliau hadapi terutama dalam proses pengerjaan menjadi sebuah buku.
Kendala yang beliau hadapi ketika pengerjaan buku, antara lain:
1. Banyaknya kegiatan
Di samping sebagai penulis, beliau juga seorang pendidik. Maka kesibukan untuk menyiapkan pembelajaran daring membutuhkan persiapan yang lebih banyak daripada pembelajaran tatap muka.
2. Malas dan jenuh
Malas dan jenuh merupakan kendala yang paling berat karena beliau merupakan tipikal orang malas dan jenuh apabila mengerjakan kegiatan yang berulang. Akhirnya jika penyakit itu menghinggapi, beliau beralih ke kegiatan lain sebagai refreshing. Biasanya nonton film, jika tidak baca novel online atau apapun yangg membuat beliau nyaman.
3. Krisis ide
Jika sudah seperti itu beliau terapkan jurus bapak Akbar Zainuddin, karena segala sesuatu yang kita rasa, kita lihat dapat dijadikan ide.
Contohnya :
a. Ketika kita nonton film, mungkin ada sesuatu yang kita rasakan setelah menonton acara tersebut, ini dapat dijadikan bahan tulisan.
b. Ketika kita rekreasi, juga bisa dijadikan bahan tulisan. Kita bisa ulas bagaimana indahnya tempat tersebut.
Intinya, apapun yang kita rasakan dan pikirkan, dapat diubah menjadi sebuah tulisan, karena beliau yakin, tidak ada yang tidak bisa menulis, karena menulis bagi beliau sama dengan berbicara. Bedanya hanya dituangkan lewat tulisan
4. Perbendaharaan diksi
Jika sudah mentok kosa kata, biasanya beliau baca artikel orang lain,atau membaca novel. Karya apapun beliau baca karena dengan banyak membaca, akan memperkaya diksi kita.
5. Takut menulis
Biasanya kita takut menulis karena takut salah. Ini beliau alami ketika diawal bergabung di grup menulis dengan Om Jay, tetapi Om Jay meyakinkan bahwa tulis saja dulu apa yang kita pikirkan, jangan permasalahkan EYD atau kaidah kebahasaan yang lain.cukup tulis hingga selesai. Jika sudah dibaca berulang, lalu lakukan editing sesuai kaidah. Kalau dari awal kita sudah memikirkan EYD dan yang lain, maka tidak akan terwujud tulisan
Di samping itu, beliau juga memberikan kiat-kiat agar menjadi penulis yang menghasilkan banyak karya :
1. Niat
Sesuatu perbuatan harus didahului dengan niat. Tanpa niat yang kuat kita tidak akan menghasilkan karya.
2. Paksa
Selain niat harus ada, kita juga harus memaksa diri kita agar menulis.
3. Mau
Jika hanya ada niat tetapi tidak ada kemauan kuat alias pemaksaan, maka kata mau tidak akan terwujud.
Berkarya ketika waktu luang itu biasa. Namun, berkarya di tengah kesibukan yang luar biasa, itu baru istimewa. Karya yang sudah ditulis di tengah kesibukannya sebagai pendidik dan ibu rumah tangga meliputi bahan ajar Kimia SMA, buku antologi "Menciptakan pola pembelajaran efektif dari rumah", buku seri ekoji academy "Digital Mindset", buku " jurus jitu menulis dan berprestasi", buku antologi " Kisah Inspiratif Sang Guru", dan beberapa artikel yang telah dimuat di media daring dan cetak. Saat ini sedang tahap penyelesaian naskah buku yang kedua untuk seri ekoji academy "gamifikasi, belajar menyenangkan seasyik bermain game", naskah antologi bersama siswa " Belajar dari Covid-19 " dan tahap finishing naskah buku " Kiat praktis menulis modul berbasis riset " yang merupakan pengubahan tesis menjadi buku.
Sebagai seorang yang baru belajar penulis, beliau patut menjadi motivasi bagi kita semua. Agar kita mau belajar menulis lebih fokus dan serius, minimal bisa menghasilkan buku. Seperti yang Bu Nora katakan,“Buku merupakan sejarah saya. Jika saya sudah mati nanti, melalui buku ini nama saya bisa diingat.karya saya masih dapat dinikmati dan hidup meskipun raga sudah tidak ada.
Kamis, 22 Oktober 2020
Buku Mahkota Penulis
Buku Mahkota Penulis
Kita semua tahu kalau buku adalah “cendela dunia”. Ya, pepatah mainstream itulah yang sering kita dengar ketika berbicara tentang buku. Sebab, tidak bisa dipungkiri kalau buku membuka wawasan kita tentang dunia. Sejak kecil kita sudah diperkenalkan dengan buku. Buku menjadi bagian terpenting seiring terus berkembangnya sains dan teknologi pada zaman sekarang. Dengan membaca buku, seseorang bisa mengetahui apa saja yang ada di penjuru dunia. Jadi, walau berada di Indonesia, hanya dengan membaca buku, bisa mengetahui perkembangan yang ada di negara lain. Tak hanya itu, buku juga membuat pembacanya memiliki banyak wawasan.
Buku akan membuat kita berwawasan dan memiliki pikiran yang terbuka dan luas. Selain menambah ilmu pengetahuan, buku akan membuat seseorang terhibur, terutama saat membaca buku bergenre fiksi seperti novel. Di sisi lain, bagi sebagian orang yang tak suka membaca, buku bukanlah hal penting. Namun, membaca buku sangat penting agar tidak dipenuhi kebodohan dan ketidaktahuan.
Membaca menjadi salah satu hobi yang paling sering kita dengar. Namun, kita hanya sekadar membaca. jarang kita mengetahui siapa penulisnya. Oleh karena itu, sebagai pembaca kita harus memberikan apresiasi kepada penulis buku tersebut. Ternyata hanya menjadi penulis belum sempurna kalau belum mampu menerbitkannya menjadi sebuah buku.
Menerbitkan buku muara dari menulis. Sejatinya buku adalah mahkota seorang penulis, sebab kehadiran penulis menjadi abadi sepanjang masa ketika menjadi aset negara tersimpan di Perpustakaan Nasioanal. Kendala yang kita alami ketika akan menerbitkan buku karena posisi sebagai penulis pemula ( belum terkenal ) sehingga Penerbit Besar ( major) belum berkenan menerima naskah buku.
Kegelisahan penulis pemula untuk menerbitkan buku terobati. H.Thamrin Dahlan, SKM, M.Si sebagai Ketua Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) yang akan membantu menerbitkan buku bagi penulis pemula.
Latar belakang Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) didirikan atas inisiatif Bundo Kanduang ( Amarhumah ) AKBP (P) Hj. Husna Darwis binti Hj. Dahlan, SH. Beliau seorang Mantan Polisi Wanita dan Notaris yang berkantor di Bogor memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kegemaran membaca dan menulis keluarga besar Petokayo dan masyarakat.
Niat tersebut diwujudkan dalam bentuk mendirikan Perpustakaan Kasidah di Jambi tempat dibesarkan untuk masyarakat umum Tempino dan sekitarnya. Almarhumah Bundo Kanduang memiliki koleksi buku yang cukup banyak terdiri dari berbagai Ensiklopedia dan Majalah Intisari serta buku-buku hukum serta buku agama.
Semua buku tersebut disimpan di Perpustakaan Husna di Perumahan Taman Cimanggu Bogor. Sebelum wafat Uni Husna mewasiatkan dan mewakafkan sebagian dana untuk kegiatan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan yang fokus menerbitkan buku ber ISBN Tanpa Biaya.
YPTD bergerak di bidang sosial kemasyarakatan khususnya bidang pendidikan. YPTD fokus membantu para penulis menerbitkan buku berlisensi Barcode ISBN Perpustakaan Nasional Tanpa Biaya.
Kegiatan ini dilakukan mengingat selama ini para penulis terkendala dalam menerbitkan buku karena tidak diterima oleh Penerbit Major (besar) sedangkan Naskah Buku sudah tersedia. Di samping itu, keinginan menerbitkan buku secara indie (pribadi) melalui perusahaan jasa penerbit memerlukan biaya yang cukup besar.
Oleh karena itu, Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan bertekad membantu para penulis memiliki master buku sebagai Mahkota seorang Jurnalis. Sejak kegiatan dicanangkan pada tanggal 19 Agustus 2020 Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan telah membantu menerbitkan 36 Buku para penulis. Tentu saja kegiatan ini merupakan bagian tak terpisahkan turut serta dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia.
Beberapa program Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) :
1. Program A
Penulis telah mempunyai naskah buku segera kirim ke email thamrindahlan@gmail.com
2. Program B
Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan menerbitkan buku dari para penulis posting di website terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul naskah 150 – 200 halaman.
3. Program C
Penulis posting di website Yayasan Pustaka Thamrin D terbitkanbukugratis.id sampai 40-50 artikel kemudian buku diterbitkan Yayayasn Pustaka Thamrin Dahlan
Di samping itu, Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan ( YPTD ) menerima nahkah buku penulis via email thamrindahlan@gmail.com lengkap dengan Judul, Daftar Isi, Cover depan belakang Buku dan Kata Pengantar.
Ketentuan Standard baku Buku terbitan YPTD
1. Ukuran A5
2. Font 12
3. .Margin 1.5/1/1/1
4. .Huruf Times News Roman
5. Spasi 1.5
6. Ketebalan 150 – 200 Halaman
Jalan telah terbuka lebar bagi penulis pemula untuk menerbitkan buku. Marilah kita tingkatkan motivasi kita dalam menulis agar berkualitas dan mempunyai roh. Secerdas dan sepintar apapun seseorang apabila belum menulis apalagi menerbitkan buku maka ilmunya akan hilang sia sia.
Kegagalan Berbuah Keberhasilan
Kegagalan Berbuah Keberhasilan Selama ini banyak orang masih menganggap kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Pola pikir yang memandang ...
-
Kisah Seorang Jurnalis Banyak kisah yang dapat menginspirasi pembaca, seperti kisah Nur Aliem Halvaima, S.H., M.H. Anak Bugi...
-
Pembuatan Tempat Sampah Pada zaman sekarang orang begitu mudahnya membuang sampah sembarang. Maka untuk mengantisipas...









