Sabtu, 14 November 2020

Memulai Menulis



Memulai Menulis

Memulai menulis merupakan sesuatu yang sulit. Kadang-kadang kita tidak tahu apa yang harus kita tulis. Sulit menguraikan kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi wacana. Belum lagi alasan menulis membutuhkan waktu lebih, suasana hati yang tidak mood, alat kerja yang tidak ada ( komputer, laptop, atau telepon genggam ), dan lain sebagainya. Bahkan, alasannya tidak ada bahan untuk ditulis. Apalagi ketika harus menulis buku atau menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprin yang tiba-tiba menghantam tembok, bertinju yang tiba-tiba KO atau bermain catur yang langsung skakmat. Entah apa yang terjadi, seolah semua ide lenyap begitu saja. Tangan tiba-tiba tak bisa menulis. Bahkan, lidah pun terasa kelu.

Bagaimana memulai menulis? Semua akan dijawab oleh Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Beliau adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei.1990. Selain aktif di MGMP, Beliau juga aktif di bidang literasi. Beliau menjelaskan ada beberapa tips yang bisa kita lakukan dan terapkan untuk memulai menulis, yaitu :
1. Ikut kelas menulis
Menulis bukan merupakan bakat semata, tetapi perlu latihan. Dengan ikut kelas menulis banyak hal yang bisa kita dapatkan. Contohnya, ikut kelas menulis bersama Omjay. Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga. 

2. Ikut komunitas menulis
Ikut komunitas menulis juga perlu. Karena dalam komunitas menulis itulah kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini banyak sekali komunitas menulis yang bisa kita ikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus untuk guru ataupun umum. 

3. Ikut lomba menulis
Ini cocok bagi siapa pun yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu yang sudah ditentukan atau terjadwal. Disamping itu, dari ikut lomba kita akan sadar dimana letak kekurangan kita. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar dari pengalaman itu untuk menjadi lebih baik. 

4. Menulis apa saja yang ada di sekitar kita / dalam keseharian kita
Semua pasti sepakat bahwa menulis tak bisa lepas dari keseharian kita. Setiap hari, kita terbiasa menulis balasan obrolaan daring di media sosial. Menulis jurnal di harian mengajar, menulis feedback untuk tugas siswa dan sebagainya. Tulis apa saja yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Dari foto juga bisa diubah menjadi bentuk tulisan. Misalnya, foto ketoprak, gorengan, kucing, rempeyek, dan sebagainya. Sebagai pembuktian bahwa memang benar apa saja yang ada di sekitar kita bisa kita ubah menjadi tulisan. Kegiatan menulis dalam keseharian yang dapat kita lakukan yaitu menulis diari. Yang penting menulis, agar kemampuan menulis kita semakin terasah. Tulis saja kisah yang kita alami. Misalnya, mencari tanaman keladi putih di hutan demi gratisan atau untuk istri tercinta atau saat hiking dan sebagainya. 

5. Menulis apa saja yang kita suka
Tulislah apa yang kita suka, karena kalau sudah suka biasanya mudah dungkapkan dalam bentuk tulisan. Kita suka berkebun, silakan tulis yang lagi booming menanam bunga, silakan tulis tentang berkebun bunga. Kita senang memasak, silakan berbagi dengan jenis teks prosedural resep memasak. Pokonya tulis apa yang kita suka dan kita kuasai. Jangan berpikir soal benar salah, baik buruk ataupun bobot dari apa yang kita akan tulis. Namun, yang terpenting adalah upaya kita untuk menyentuh dan menggerakkan tangan pada keyboard komputer kita. Dengan demikian, secara tidak sadar, kita sudah mulai dalam proses membiasakan diri untuk menulis sesuatu.

Harus menulis di mana? Ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, atau sebulan. Menulis bisa kita lakukan di blog, buku harian, telepon genggam, laptop, platform menulis online seperti wattpad dan storial.

Menulis buku solo atau kolaborasi? Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi. Misalnya, tema dan waktu untuk buku solo kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau selesainya. Bisa seminggu, sebulan, atau setahun. Sedangkan jika menulis bersama, tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang dijadwalkan. Enaknya kalau kolaborasi dan kita jadi peserta, prosesnya sudah ada yang mengurusi. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit harus diurus secara mandiri. Begitu pula dengan biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah. Walaupun buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja ( tapi tak jarang ada juga yang dicetak banyak terutama bila diterbitkan di penerbit mayor ).

Sekali lagi, menulis bukanlah hal yang perlu kita takuti apalagi kita hindari. Untuk memulai menulis tergantung dari diri kita masing-masing. Jangan pantang menyerah mari kita ungkapkan apa yang ada dibenak kita menjadi tulisan. Agar kita dikenang anak cucu kita dari tulisan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kegagalan Berbuah Keberhasilan

Kegagalan Berbuah Keberhasilan Selama ini banyak orang masih menganggap kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Pola pikir yang memandang ...