Senin, 16 November 2020

Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi


Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi

Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang diinginkan dalam hidup. Sebagai contoh, ekspektasi kita ketika bergabung dalam grup ini adalah ingin menghasilkan sebuah karya. Karya berupa jejak literasi supaya dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita. Ekspektasi tak seindah kenyataan.. Pada dasarnya ekspektasi adalah harapan atau sesuatu yang diinginkan terjadi. Namun, tidak semua ekspektasi atau harapan dapat menjadi kenyataan meskipun sudah diupayakan semaksimal mungkin.

Salah satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi kita adalah dengan cara bergabung dalam satu komunitas positif seperti WA Grup Belajar Menulis. Bukan tanpa alasan, tentunya setiap kita yang bergabung di sini punya harapan yang ingin dicapai. Harapan besar yang dibebankan terhadap sesuatu yang dianggap akan memberikan dampak yang baik atau lebih baik. Terkait dengan hal tersebut, Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. akan menyampaikan hal yang berkaitan dengan “Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi”.

Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Diantaranya :
1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?
2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?
3. Apakah tulisan saya menarik?,

Mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis pemula. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.

Sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan atau niat. Oleh karena, itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu:
Mindset

Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita.
Passion

Passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.

Pengalaman Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang Beliau juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. Untuk itulah Beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah dibangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir seribu kali tentang apa yang sudah kita tulis. Kita akan berpikir untuk edit dan edit lagi. Akhirnya tulisan kita tidak tuntas.

Beliau menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikirannya. Berbagai pemikiran negatif menghantui. Namun, berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasi Beliau berubah menjadi sebuah prestasi. Tulisan Beliau lolos tanpa revisi dan seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian pribadi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa. Dari pengalaman ini, Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. dapat belajar beberapa hal dalam menulis:
1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.
2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
5. Menulis jangan terlalu lama.
6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca

Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Misalnya, tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita, san sebagainya.

Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa atau ejaan. Setiap kalimat yang terlintas segera ditulis. Beliau biasanya menulis di hand phone. Adakalanya saat tidak pegang hand phone, Beliau akan menuliskan di benda apa saja yang Beliau temui. Pernah Beliau menulisnya di telapak tangan, pernah juga di paha. Hal yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobi menulis. Kata orang hanya "iseng-iseng" atau ikut-ikutan. Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobi, bukankah rasa iseng jika terus dilatih bisa menjadi suatu ketrampilan?

Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad, dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka kita harus berjuang untuk menuntaskan karya kita, agar jejak yang kita tinggalkan bermanfaat bagi generasi setelah kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kegagalan Berbuah Keberhasilan

Kegagalan Berbuah Keberhasilan Selama ini banyak orang masih menganggap kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Pola pikir yang memandang ...