Menulis Buku yang Diterima Penerbit
Menulis buku merupakan dambaan seorang penulis. Menulis buku sampai terbit tidak bisa dipisahkan. Sebagai penulis pemula menulis buku dan menerbitkan buku tidaklah mudah. Pasalnya penerbitan sebuah buku selalu dilihat dari sisi kualitasnya. Selain aspek kualitas masih ada banyak hal yang menjadi faktor diterimanya naskah oleh penerbit. Misalnya, kurang mendapat respon dari penerbit padahal sudah memenuhi persyaratan tertentu.
Bagaimana menulis buku yang diterima penerbit? Semua itu akan diberikan solusi oleh Bapak Joko Mumpuni selaku Direktur Penerbitan PT Andi. Beliau akan menjelaskan agar tulisan kita seperti yang diinginkan penerbit, antara lain:
Hal ini sangat penting diketahui oleh penulis, supaya sejak awal sudah memastikan tipe buku apa, kelompok buku apa yang kita tulis. Produk buku di pasar dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a. Kelompok buku teks
Buku teks adalah buku-buku yang dipergunakan untuk proses belajar mengajar.dari PAUD, SD, sampai perguruan tinggi.
Buku teks dibagi dua:
1) Buku teks pelajaran, yaitu buku teks yang berisi pelajaran suatu budang tertentu, biasanya digunakan sebagai buku pokok bagi siswa mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA maupun SMK. .
2) Buku teks perguruan tinggi
Lebih banyak variannya daripada buku pelajaran karena jumlah fakultas, jumlah jurusan di perguruan tinggi jauh lebih banyak dibanding mata pelajaran yang kita ajarkan di TK, SD, SMP sampai SMA atau SMK. Buku-buku teks di perguruan tinggi dibagi dua:
a) Buku eksak
Buku eksak dapat diartikan buku berisi ilmu yang mempelajari hal-hal yang pasti, ilmu eksak identik dengan mempelajari perhitungan angka.
b) Buku non eksak
Buku non eksak bukan berarti buku yang berisi ilmu yang mempelajari tidak pasti. Namun, pada
ilmu non eksak yang dipelajari adalah teori-teori yang sudah ada. Pada ilmu non eksak ketika
muncul teori baru maka teori lama tidak dipergunakan lagi.
Silakan kita menulis menurut kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki. Kita bisa menulis naskah buku eksak atau non eksak.
Buku non teks adalah buku yang tidak selalu digunakan dalam pengajaran tersebut.
Buku non teks dibagi menjadi dua kelompok besar.
1) Buku fiksi
Karya sastra fiksi yang merupakan cerita khayalan. Selain itu, fiksi diartikan sebagai cerita atau latar yang berasal dari imajinasi atau hasil khayalan.
Contohnya: novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, dan dongeng.
2) Buku non fiksi
Karya sastra non-fiksi adalah karya sastra yang dibuat dari hasil pengkajian keilmuan dan pengalaman. Contohnya: buku anak, aktivitas anak, pengetahuan umum dan lain sebagainya.
a. Menulis buku satu penulis
b. Menulis buku lebih dari satu penulis
c. Menulis buku dengan kerja sama dengan lembaga
d. Menulis buku dengan kerja sama dengan kampus
a. Saya tidak ingin menulis
Tidak mungkin kita termasuk level ini karena kita dengan niat uang kuat mengikuti pelatihan menulis gelombang-16 supaya terampil menulis.
b. Saya tidak bisa menulis
Kalau kita tidak bisa menulis berarti bohong pada diri kita sendiri. Kita semua guru tidak mungkin kita tidak bisa menulis.
c. Saya akan menulis
Kita termasuk level saya akan menulis. Tinggal menguatkan tekad dan kemauan pada diri kita bahwa kita akan menulis.
Dengan menjadi penulis ternyata sangat membantu kehidupan orang lain dari segi ekonomi. Walaupun kita baru berhasil menulis satu buku masuk ke penerbit dan diterbitkan. Maka kegiatan ekonomi akan berjalan dan dijalankan oleh banyak pihak Artinya akan banyak orang mempunyai pekerjaan, memiliki gaji tetap, dan bisa menghidupi keluarganya. Ternyata menjadi penulis merupakan pekerjaan yang mulia, karena dapat menghidupi banyak orang. Pekerjaan yang banyak pahalanya untuk bekal di akherat kelak. Marilah kita semangat untuk menjadi penulis dan berusaha supaya buku kita bisa diterbikan. Terutama diterbitkan di penerbit mayor.
Di Indonesia tingkat literasinya masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Tingkat literasi ini mempengaruhi tingkat pertumbuhan industri penerbitan. Penghambat pertumbuhan industri penerbitan di Indonesia:
1. Minat baca kurang
Minat baca kurang karena budaya baca rendah, kurangnya bahan bacaan, dan kualitas bacaan.
Minat tulis kurang
2. Minat tulis kurang karena rendahnya minat tulis, tidak tahu prosedur menulis dan penerbitan, anggapan yang salah tentang dunia penulisan dan penerbitan.
Apresiasi hak cipta kurang
3. Apresiasi hak cipta kurang karena banyaknya pembajakan buku, duplikasi non legal, dan perangkat hukum belum mendukung.
Dengan demikian kita bisa menjadi pelopor literasi dan menjadi penulis yang bisa menerbitkan buku. Proses naskah menjadi buku sangat panjang. Pertama kali yang harus kita lakukan mengirimkan naskah ke penerbit. Penerbit mempelajari naskah kita dengan kriteria yang sudah ditentukan. Biasanya penerbit memiliki kriteria sendiri dalam menyeleksi naskah yang masuk.
Penilaian naskah bukan untuk menjatuhkan vonis naskah baik atau buruk, layak terbit atau tidak. Langkah tersebut digunakan sebagai sarana untuk memperlancar proses penerbitan secara optimal. Proses penilaian ini adalah proses standar penerbitan sehingga perlu ada komunikasi yang baik antara Penerbit dan Penulis. Dengan demikian tidak ada salah pengertian bahwa penerbit menganggap remeh penulis atau penulis merasa naskahnya sudah yang terbaik.
Hanya ada dua jawaban dari penerbit, pertama diterima dan kedua ditolak. Kalau ditolak naskah dikembalikan kepada penulis. Bagi yang diterima akan diterbitkan bukunya atas biaya penerbit, termasuk memberikan royalti kepada penulis. Royalti diberikan setiap kurun waktu tertentu. Untuk penerbit PT Andi royalti akan diberikan setiap enam bulan sekali. Penerbit Andi memberikan royalti sebagai berikut: Besar royalti standar adalah 10%, dengan perhitungan: 10% x harga jual x oplah ( potong pajak ). Mengingat Penerbit Andi memiliki bentuk kerja sama yang beragam pada saluran distribusi pemasaran, maka perhitungan royalti adalah berdasarkan buku yang benar-benar telah terbayar lunas, dengan demikian buku yang sifatnya konsinyasi atau kredit belum dianggap sebagai buku laku. Dalam hal ini Penerbit Andi akan selalu menjaga kejujuran dan kepercayaan bagi semua relasinya, ini semua karena nama baik sangat penting bagi Penerbit Andi. Bagi yang punya NPWP di potong pajak sepuluh persen sedangkan yang tidak punya NPWP dipotong sampai tiga puluh lima persen sebagai kewajiban untuk negara.
Bagi penulis yang naskahnya diterima penerbit akan memberitahu lewat surat resmi, email, atau WA. Isinya menyatakan bahwa naskah tersebut akan diterbitkan. Penulis dimohon mengirimkan naskah lengkap berupa softcopy sekaligus tanda tangan surat perjanjian penerbitan yang dilampirkan di surat tersebut. Setelah softcopy dikirim penerbit kemudian di edit. Setelah selesai diedit kemudian dibuat desain cover dan setting isinya. Cover yang membuat penerbit.
Dalam proses pengeditan PT Andi mempunyai kurang lebih enam puluh editor. Mengenai pemakain ejaan, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan akan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, PT Andi tidak pernah menolak naskah yang berhubungan dengan editorial. Tahap berikutnya disetting, disesuaikan dengan ukuran buku dan biasanya. Setelah menjadi buku tetapi belum dicetak masif akan dikirimkan ke penulis untuk dikoreksi. Setelah dikoreksi penulis dikembalikan ke penerbit. Penerbit mengoreksi lagi apa yang perlu dikoreksi kemudian dicetak secara masif dan diedarkan di seluruh Indonesia.
Penulis dengan penerbit memiliki kedudukan setara; secara umum penulis memandang penerbit bertindak sebagai intermediary karya-karya yang akan disampaikan kepada masyarakat, sedangkan penerbit memandang penulis sebagai aset penting perusahaan yang menyebabkan proses penerbitan tetap berlangsung.
Kepentingan apa dibalik dorongan untuk menulis? Menulis dapat meningkatkan kredit point (bagi pengajar), meningkatkan kredibilitas, dan pemenuhan finansial. Hal tersebut yang memotivasi penulis untuk menghasilkan suatu karya yang berkualitas.
Bapak Joko Mumpuni selaku Direktur Penerbitan PT Andi, juga memberikan cara memilih penerbit yang baik. Untuk Penerbit Andi mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan penerbit lain:
1. Buku Andi telah memiliki Brand Name tersendiri di hati masyarakat
2. Memiliki jaringan distribusi yang luas.
3. Memiliki mesin cetak sendiri sehingga hasil, kecepatan, dan kualitas dapat diatur dengan baik.
4. Memiliki sistem royalti yang jelas, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai penulis kita juga harus memperhatikan naskah yang dapat diterbitkan:
1. Naskah dengan tema populer penulisnya tak populer
2. Naskah dengan tema populer penulisnya populer
3. Naskah dengan tema tak populer penulisnya tak populer
4. Naskah dengan tema populer penulisnya tak populer
Sebenarnya para guru yang hebat ini telah terampil menulis. karena kurang gaulnya dengan penerbit sehingga tidak tahu naskah seperti apa yang diinginkan penerbit. Ternyata begitu panjang proses menerbitkan buku, dari naskah menjadi buku sampai ke tangan pembaca. Banyak informasi yang disampaikan Bapak Joko Mumpuni selaku Direktur Penerbitan PT Andi, mudah-mudahan menjadi motivasi kita agar dapat mewujudkan tulisan kita menjadi sebuah buku. Jangan lupa berdoa dan berusaha semoga kita menjadi penulis yang hebat. Penulis yang bukunya dicari-cari para pembaca.