Menulis Itu Mudah
Apa benar menulis itu
mudah? Bagi penulis profesional menulis tidak menjadi masalah. Ibarat ala bisa
karena biasa. Sesuatu dikerjakan karena kebiasannya. Sudah terbiasa menulis
sehingga dalam mengungkapkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dalam bentuk
tulisan tidak menjadi masalah. Berbeda dengan penulis pemula menulis merupakan
momok yang menakutkan. Ide-ide sudah ada dalam pikiran tetapi untuk
mengungkapkan dalam bentuk tulisan sulitnya minta ampun, Baru menulis satu atau
dua tulisan sudah berhenti di tengah jalan.
Berbekal moto,
carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Semakin banyak ilmu, kita tidak akan pernah
menyalahkan orang lain. Dia akan berpikir dengan bijaksana, berpikir dengan
akal budi. Sebelum bertindak akan dipikir dulu untung dan ruginya. Positif
tingking selalu dikedapankan. Ini penting untuk penulis pemula belajar dan
belajar agar mendapatkan ilmu sebanyak banyaknya tentang menulis. Jangan pernah
memandang rendah orang yang memberi ilmu, tatapi resapilah apa yang beliau
sampaikan. Kunci beberhasilan seorang penulis adalah menciptakan semangat ingin
belajar, memotivasi diri, kemauan untuk bisa menulis, usaha yang maksimal dan
konsisten. Sebagai orang beriman jangan lupa memohon kemudahan, bimbingan,
kesehatan dan kecerdasan supaya diberi kemudahan dalam mengungkapkan ide-ide
dan pengalamannya dalam bentuk tulisan. Tak kalah penting trik selanjutnya
mencari teman yang bisa menginspirasi, mendorong, dan memberi semangat.
Keterampilan menulis
perlu latihan. Menurut Ya' Dedi Suhendi latihan menulis dapat diawali
dengan cara :
1. Menuliskan tulisan
pendek, kegelisahan, sesuatu yang disukai atau minat, pengalaman, keahlian, dan
minat.
2. Menuliskan opini satu
paragraf, dua paragraf atau tiga paragraf. Hari beikutnya bisa ditambah satu
paragraf lagi. Hingga menemukan identitas menulis dan menemukan apa yang ingin
disampaikan ke adalam lmbaran-lembaran.
3. Kursus. Apabila kursus
tidak nyaman, bisa dilakukan sendiri. Keuntungan menulis secara pribadi memberikan
rasa kepuasan diri. Jiwa di dalam diri lebih bebas, terhindar dari rasa takut
baik itu takut karena aturan baku dan ketat. Karena salah satu kunci sukses
menulis buku adalah mengabaikan segala aturan yang mengikat yang justru
melemahkan semangat menulis. Berbeda jika dari awal tidak terbangun semangat
dan terbelenggu dengan aturan. Sudah dapat dipastikan sebelum menuliskan lembar
kedua, sudah berhenti di tangah jalan.
4. Menulis itu semudah
update status. Kita tanamkan dalam diri bahwa menulis itu mudah, semudah update
status. Misalnya, dari sebuah pengalaman. Saat kita menulis status, apa yang
kita tuliskan berdasarkan apa yang kita rasakan. Entah itu perasaan tentang
diri kita sendiri, tentang penilaian terhadap orang lain atau karena bacaan, tontonan
yang baru kita baca atau lihat. Apapun pengalaman yang telah kita alami pada
hari ini, kita tulis saja. Gunakan teknologi untuk menyimpannya. Bisa di
laptop, hp, blog, facebook, dan sebagainya.
5. Menulis itu semudah mendiskripsikan
apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan. Menulis itu tidak selalu muluk-muluk
dan tidak terlalu rumit. Menulis itu sesederhana yang kita lihat, Menarinya
objek yang diperlihatkan hanya satu. Namun, sudut pandang penulisannya bisa
berbeda dari penulis yang satu dengan penulis lainnya.
6. Menentukan topik tulisan.
Saat memulai menulis hal umum yanmg dirasa sulit adalah menentukan tulisan.
Pemilihan topik bisa kita pilih berdsarkan “minat”. Anggap saja, penentuan
topik kita ambil sesuai dengan minat kita. Bisa juga dimulai dari menulis topik
tentang kehidupan diri kita sendiri. Barangkali, justru lebih menjiwai. Siapa
tahu, hasil dari corat-coret curahan hati, bisa menjadi novel. Bukankah, di
dunia ini banyak ketidakpastian? Termasuk ketidakpastian nasib tulisan kita.
Karena buku-buku best seller meledak dari karya iseng-iseng ingin menuangkan
perasaan dan kegelisahannya.
7. Membaca surat kabar.
Ketika kita membaca surat kabar, ada satu paragraf yang menarik hati. Hal yang
menarik tersebut bisa dicatat, kemudian bisa ditambah gagasan, ide, sanggahan,
dan menambah data lain yang diperoleh. Dari data-data tersbut, cukup tuliskan
per kalimat di bawahnya. Setelah semua gagasan, ide, dan yang ingin disampaikan
sudah tertulis berbaris-baris, tidak salahnya untuk keluar sejenak. Minum kopi
atau teh. Setelah merasa lebih rilek, bisa melanjutkan dengan menambah kalimat
penjelas di belakang poin-poin yang tadi tertulis. Kunci dari semua itu,
tergantung kreativitas kita mengarahkan tema dan topik bahasan.
8. Menulis harus punya
tujuan. Misalnya, menulis tujuaannya umtuk ekspresi diri, untuk naik pangkat,
hobi, dan sebagainya. Dengan tujuan tersebut, pasti segala cara akan kita
gunakan. Dalam menulis, tulisan yang kita tulis harus punya roh dan perlu
penghayatan. Ide yang biasa-biasa, apabila dikemas dengan penghayatan dan
penjiwaan. Pembaca yang membaca tulisan kita akan muncul emosinya. Emosi dalam
menulis menjadi penarik rasa ketertarikan. Tulisan yang ditulis dengan
penghayatan, mampu menghidupkan sebuah tulisan.
Contoh tulisan dengan penghayatan:
a. Gadis berambut panjang yang selalu mengintai dalam keraguan. Ia
ingin selalu memergoki setiap derap langkah pejalan kaki di hadapannya. Keinginannya
itu seakan terpancar di raut wajah yang kusam dan lugu. Ia hanya akan mengharap
belas kasihandari sang dermaan.
b. Dia berjalan mondar-mandir. Sambil menyepak-nyepak kerikil yang
ada di depannya. Sebentar-sebentar jongkok, sebentar-sebentar berdiri. Lama ia
menatap ke arah depan seolah-olah ada sesuatu yang menusuk-nusuk hatinya.
Berdebar dan gelisah menunggu seseorang yang lama dinantinya.
Contoh tulisan tanpa
penghayatan :
a.
Gadis itu mengharap belas kasihan orang-orang yang berjalan kaki
di depannya.
b.
Dia menunggu lama seseorang yang dinantinya.
Dari contoh di atas, terlihat
perbedaannya. Aturan penghayatan penting sekali selama pengarapan sebuah
tulisan. Baik pengarapan sebuah buku ajar, buku fiksi, buku motivasi, dan
sebagainya. Butuh yang namanya impresi dan seni. Cara tersebut dapat diperoleh
dengan banyak cara kreatif. Cara kreatif banyak sekali. Di mana setiap orang
pasti memiliki kreatif sendiri.
Ternyata menulis itu
membutuhkan kerja keras sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Perlu roh dan
penghayatan sehingga pembaca terbawa emosinya. Semua itu perlu latihan dan
belajar. Sehingga menulis itu mudah tidak terbatas hanya dalam bentuk slogan
tetapi diwujudkan dengan menghasilkan karya-karya yang dapat dibaca dan
diminati orang banyak.
Kenapa paragrafnya putus-putus ya pak di layar hp saya. Tapi tetap mantap pak
BalasHapus